Laki-Laki dan Perayaan Kematian
Kemarin malam telepon genggamku bergetar tak wajar, ternyata pesan darimu minta jawabanku segera. Apa daya, pulsa sudah mengeja, t i g a. Kau kirimkan pesan yang tak ada beda, terkesan memaksa. Sayang sekali, tak ada counter hape yang masih buka. Ya masih tetap sama t i g a, bisa apa? Kau menyerah dengan indah, kau sisakan namamu pada list panggilan masuk telepon genggamku. Dua tiga kali kau tutup kembali. Saat itu aku sedang di kamar mandi, kau tak mengerti. Kau cibir aku antara jarak bibirku dan bibirmu yang selalu beradu. Tapi sampai detik ini, aku tak pernah mengerti mengapa kau lakukan itu berulang kali. Mungkin karena aku lelaki. Setelah urusan kamar mandiku tuntas, aku segera bergegas. Jangan kira aku tak lebih tangkas dari monyet tetangga sebelah rumahmu itu. Meski hanya dengan Honda keluaran d u a r i b u s a t u, tak perlu melirik waktu, ku sisir kemacetan yang sudah jadi santapan jalanan metropolitan. Entah berapa lamanya, aku sudah mengetuk pintu rumahmu yang